Meluruskan Mitos Populer tentang Sinar Matahari dan Perawatan Kulit

Banyak mitos seputar perlindungan kulit yang masih dipercaya masyarakat hingga kini. Salah satu yang paling umum adalah anggapan bahwa sinar matahari pagi tidak berbahaya bagi kulit. Faktanya, sinar UVA tetap aktif sepanjang hari, termasuk di pagi dan sore hari. Meski intensitasnya lebih rendah dibanding siang hari, paparan berulang dalam jangka panjang tetap dapat mempercepat penuaan kulit. Mitos lain menyebut bahwa orang dengan kulit gelap tidak membutuhkan tabir surya, padahal semua warna kulit tetap berisiko terkena kerusakan akibat sinar UV meski memiliki perlindungan alami berupa melanin lebih banyak.

Kesalahpahaman berikutnya adalah keyakinan bahwa penggunaan tabir surya sekali sehari sudah cukup. Dalam kenyataannya, perlindungan tabir surya menurun seiring waktu karena penguapan, keringat, dan gesekan kulit. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mengaplikasikan ulang setiap dua hingga tiga jam. Ada juga yang beranggapan bahwa cuaca mendung atau musim hujan membuat tabir surya tidak diperlukan. Padahal, hingga 80% sinar UV masih mampu menembus awan, sehingga perlindungan tetap diperlukan bahkan pada hari berawan.

Terakhir, mitos bahwa “tabir surya menghambat penyerapan vitamin D” juga tidak sepenuhnya benar. Paparan sinar matahari dalam jumlah kecil, seperti 10–15 menit sehari, sudah cukup bagi tubuh untuk memproduksi vitamin D tanpa menimbulkan risiko besar bagi kulit. Dengan pemahaman yang benar, masyarakat dapat menikmati manfaat sinar matahari sambil tetap menjaga kesehatan kulit. Meluruskan mitos-mitos ini bukan hanya meningkatkan kesadaran, tetapi juga membantu membangun kebiasaan perawatan kulit yang lebih aman dan berkelanjutan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *